Selasa, 20 Maret 2012

Pembangunan sebuah gedung adalah implementasi dari Teori Arsitektur Kota, atau sebaliknya..??

Membangun sebuah bangunan, baik itu rumah tinggal, kantor, tempat perbelanjaan, pasar, bandara, terminal, dbs akan memiliki pertimbangan arsitektur yang tidak beda jauh pada saat kita merancang sebuah kota, ruang publik disadari atau tidak 3 prinsip merancang dalam arsitektur yang akan kita terapkan, walo tidak jarang kita lebih menyombongkan salah satu proses lebih rumit, memiliki teori yang lebih terkini, coba kita telaah satu per satu, antara proses dalam mempertimbangkan sebuah rancangan bangunan dengan pertimbangan saat merancang ruang kota :D .

Dalam membangun sebuah bangunan, pastinya akan mempertimbangkan mengenai :
  • fungsi bangunan,
  • fungsi ruang,
  • pengguna bangunan,
  • suasana di dalam ataupun di luar bangunan,
  • arah pergerakan pengguna,
  • penghawaan ruang,
  • dsb
Hal ini sangat dekat hubungannya dengan teori dalam merancang sebuah kawasan kota, dimana akan ada beberapa pertimbangan, antara lain :
  • perbedaan fungsi dari sebuah wilayah / tempat,
  • sasaran pengguna dan kegiatan dari sebuah wilayah,
  • akses pencapaian,
  • titik lokasi di dalam kota,
  • sarana pendukung kegiatan
  • dbs
Kedua hal yang menjadi pertimbangan di atas adalah, hal-hal yang di anggap penting dalam proses menciptakan sebuah karya arsitektur yang sesuai dengan teori Vitruvius, teori ini kerap di cekokkan kepada kita semasa masih menjadi mahasiswa arsitektur di kampus masing-masing dengan tujuan "pegang teguh prinsip ini di tiap engkau ingin menciptakan sebuah karya arsitektur", isi dari teori sakral itu , adalah :

1. Firmitas
“Durability will be assured when foundations are carried down to the solid ground and materials wisely and liberally selected;…” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban yang baik dari bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang tepat. Vitruvius menjelaskan setiap material yang ia pakai dalam bangunannya, seperti batu bata, pasir, kapur, pozzolana, batu dan kayu. Setiap material dijelaskan mulai dari karakteristik dari tiap jenis-jenisnya hingga cara mendapatkanya/membuatnya. Kemudian, ia menjelaskan metode membangunnya (konstruksi).

2. Utilitas
“…convenience, when the arrangement of the apartments is faultless and presents no hindrance to use, and when each class of building is assigned to its suitable and appropriate exposure;..” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Sedangkan, pada utilitas yang ditekankan adalah pengaturan ruang yang baik, didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan (pencahayaan, penghawaan, dan lain sebagainya). Pengaturan seperti ini juga berlaku untuk penataan kota. Misalnya : dimana kita harus menempatkan kuil, benteng, dan lain-lainya di ruang kota.

3. Venustas
“…and beauty, when the appearance of the work is pleasing and in good taste, and when its members are in due proportion according to correct principles of symmetry.” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Proporsi dan simetri merupakan faktor yang dianggap Vitruvius mempengaruhi keindahan. Hal ini ia dasarkan pada tubuh manusia yang setiap anggota tubuhnya memiliki proporsi yang baik terhadap keseluruhan tubuh dan hubungan yang simetrikal dari beberapa anggota tubuh yang berbeda ke pusat tubuh. Hal ini, kemudian, diilustrasikan oleh Leonardo daVinci pada Vitruvian Man.