Jumat, 06 April 2012

Impian seorang arsitek kecil

Takdir untuk menjadi seorang arsitek umumnya lahir dari hobi saya yang suka menggambar, yang sejak kecil kertas menjadi tempat pelarian, saat senang sepulang sekolah, tanpa ganti baju hanya membuka baju seragam, masih dengan kaos dalam, merogoh isi tas sekolah lalu mencari buku gambar dan kerayon, jadilah saya menggambar untuk menyalurkan rasa senang. Begitu pula saat di marahi orang tua, "paket" buku gambar  - krayon mutlak menjadi media "curhat".... :)) (tipe pria melankolis..)

Dari kebiasaan yang sangat terekspos kepada orang tua terutama bapak itulah awal mula mengarahkan saya untuk menuntut ilmu di bidang yang tidak jauh dari kebiasaan "menggambar" yaitu arsitekur, walo saya yang menjalani tidak tahu apa itu artu arsitek, sampai suatu ketika saya tidak sadar sejak kapan mulai mencintai pola-pola ruang dengan banyak kegiatan, sistem pencapaian, pemisahan kegiatan, struktur dan infrastruktur penunjang kegiatan, dll...

Semua memang terjadi secara alamiah dengan dukungan dan arahan dari keluarga, insyaallah jalan yang awalnya tidak terlihat, menjadi sangat jelas di depan kita... Impian yang harus di kejar dengan cara memanfaatkan setiap peluang yang datang..

Kamis, 05 April 2012

Filosofi Ayam


  •  Makhluk hidup paling disiplin, bangun sbelum matahari terbit, dan tidur sbelum matahari terbenam.
  •  Mengais rezeki (makanan) yang berupa sisa-sisa makanan, tanpa mengeluh.
  •  Tidak akan sedikitpun meninggalkan sangkar pada waktu mengerami telurnya.
  •  Sang induk rela memberikan makanan hasil temuannya kepada anaknya terlebih dahulu.
  •  Jika anak ayam terasa terganggu, sang induk akan mematuk sing pengganggu, dan memberikan keamana kepada sang anak ayam.
  •  Saat fajar menyingsing, ayam jantan akan berkokok yang di ikuti oleh pejantan lainnya (memberikan jasa untuk membangunkan manusia).
Ayam hewan berkaki 2, memiliki filosofi hidup yang tidak salah untuk di contoh agar kita manusia dapat berperilaku lebih baik :))

Rabu, 04 April 2012

Dampak Dari Relokasi PKL

Keberadaan PKL di sebuah lingkungan kota, sering kali menjadi polemik bagi Pemerintah setempat, hal ini terkait dengan Misi Pemerintah di bidang kebersihan lingkungan, umumnya Pemerintah akan melakukan penggusuran lapak para PKL baik dengan ganti rugi ataupun secara paksa tanpa ganti rugi yang layak, relokasi ke daerah yang untuk para pedagang PKL di anggap tidak menguntungkan.

Pada hakekatnya setiap manusia hidup untuk mencari bekal duniawi dan bekal akhirat, bahkan tidak sedikit pihak yang menghalalkan segala cara demi bekal duniawi ini walau harus menghentikan tali rezeki di pihak lain.

Penertiban PKL
Sumber : Google Image

Program penggusuran akan menumbuhkan area PKL baru, bukannya "bersih" tetapi "berpindah", proses ini sedikit banyak hanya akan menimbulkan wacana "proyek yang buang-buang waktu". Memang kebutuhan manusia untuk melihat dapurnya masih mengepul mutlak kita pahami, karena kita pun mencari hal yang sama di dunia ini. Sering kali Pihak Pemerintah menjalankan program relokasi PKL untuk mengurangi perkembangan PKL yang sudah di luar kendali, program ini di rasa lebih bertanggung jawab dari pada hanya menggusurnya tanpa adanya pembicaraan setelahnya.

Malioboro, Yogyakarta
Sumber : Google Image

Malioboro merupakan sebuah Landmark kota Yogyakarta, dimana terdapat beberapa kegiatan didalamnya, antara lain kegiatan perekonomian, wisata, budaya, dan kerap digunakan sebagai meeting poin. Dari banyaknya kegiatan di daerah ini, kepadatan sudah pasti menjadi pemandangan lumrah, tetapi kepadatan yang teratur, dimana para pedagang Kios atau toko-toko dapat melebur dengan para PKL yang terdapat di dalam satu rute, dan para pengunjungpun tidak merasa terganggu karenanya, malah disini daya tarik dari daerah ini. Keberhasilan mengatasi permasalahan PKL yang seperti ini akan sulit untuk di tiru oleh kota-kota lain, di karenakan sebuah kota dengan identik budaya akan menciptakan sebuah suasana yang dianggapnya lumrah bahkan nyaman, sedangkan jika di aplikasikan ke kota dengan identik yang berbeda, mungkin sebagian pengguna  mengartiakan "memperlambat", atau membuatnya menjadi sesuatu yang "tidak seharusnya terjadi di tempat ini".

Relokasi Pasar Klithikan, Yogyakarta
Sumber : Google Image


Relokasi dari pasar klithikan, merupakan salah satu dari program relokasi PKL yang dapat di katakan sukses, dimana kekhawatiran dari tiap pedagang pada saat di pindah "lapak"nya yaitu pelanggan akan enggan untuk berkunjung ke tempat yang baru, dan juga trik sukses dari program relokasi ini adalah sistem sewa yang di berlakukan berupa sistem bagi hasil, sehingga dapat di terima oleh para PKL.

Selasa, 20 Maret 2012

Pembangunan sebuah gedung adalah implementasi dari Teori Arsitektur Kota, atau sebaliknya..??

Membangun sebuah bangunan, baik itu rumah tinggal, kantor, tempat perbelanjaan, pasar, bandara, terminal, dbs akan memiliki pertimbangan arsitektur yang tidak beda jauh pada saat kita merancang sebuah kota, ruang publik disadari atau tidak 3 prinsip merancang dalam arsitektur yang akan kita terapkan, walo tidak jarang kita lebih menyombongkan salah satu proses lebih rumit, memiliki teori yang lebih terkini, coba kita telaah satu per satu, antara proses dalam mempertimbangkan sebuah rancangan bangunan dengan pertimbangan saat merancang ruang kota :D .

Dalam membangun sebuah bangunan, pastinya akan mempertimbangkan mengenai :
  • fungsi bangunan,
  • fungsi ruang,
  • pengguna bangunan,
  • suasana di dalam ataupun di luar bangunan,
  • arah pergerakan pengguna,
  • penghawaan ruang,
  • dsb
Hal ini sangat dekat hubungannya dengan teori dalam merancang sebuah kawasan kota, dimana akan ada beberapa pertimbangan, antara lain :
  • perbedaan fungsi dari sebuah wilayah / tempat,
  • sasaran pengguna dan kegiatan dari sebuah wilayah,
  • akses pencapaian,
  • titik lokasi di dalam kota,
  • sarana pendukung kegiatan
  • dbs
Kedua hal yang menjadi pertimbangan di atas adalah, hal-hal yang di anggap penting dalam proses menciptakan sebuah karya arsitektur yang sesuai dengan teori Vitruvius, teori ini kerap di cekokkan kepada kita semasa masih menjadi mahasiswa arsitektur di kampus masing-masing dengan tujuan "pegang teguh prinsip ini di tiap engkau ingin menciptakan sebuah karya arsitektur", isi dari teori sakral itu , adalah :

1. Firmitas
“Durability will be assured when foundations are carried down to the solid ground and materials wisely and liberally selected;…” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban yang baik dari bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang tepat. Vitruvius menjelaskan setiap material yang ia pakai dalam bangunannya, seperti batu bata, pasir, kapur, pozzolana, batu dan kayu. Setiap material dijelaskan mulai dari karakteristik dari tiap jenis-jenisnya hingga cara mendapatkanya/membuatnya. Kemudian, ia menjelaskan metode membangunnya (konstruksi).

2. Utilitas
“…convenience, when the arrangement of the apartments is faultless and presents no hindrance to use, and when each class of building is assigned to its suitable and appropriate exposure;..” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Sedangkan, pada utilitas yang ditekankan adalah pengaturan ruang yang baik, didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan (pencahayaan, penghawaan, dan lain sebagainya). Pengaturan seperti ini juga berlaku untuk penataan kota. Misalnya : dimana kita harus menempatkan kuil, benteng, dan lain-lainya di ruang kota.

3. Venustas
“…and beauty, when the appearance of the work is pleasing and in good taste, and when its members are in due proportion according to correct principles of symmetry.” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Proporsi dan simetri merupakan faktor yang dianggap Vitruvius mempengaruhi keindahan. Hal ini ia dasarkan pada tubuh manusia yang setiap anggota tubuhnya memiliki proporsi yang baik terhadap keseluruhan tubuh dan hubungan yang simetrikal dari beberapa anggota tubuh yang berbeda ke pusat tubuh. Hal ini, kemudian, diilustrasikan oleh Leonardo daVinci pada Vitruvian Man.